Gerakan pembaharuan Jamaluddin
al-Afghani (1897) yang menekankan solidaritas Pan Islam dan pertahanan terhadap
imperialisme Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam suasana secara
ilmiah dimodernisasi dari timur tengah
memberikan pengaruh besar terhadap gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Kebangkitan
Islam membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang
Islam (SDI) di Bogor (1909), Persyarekatan Ulama’ di Majalengka, Jawa Barat
1911, Muhammadiyah di Yogyakarta 1912, Persatuan Islam (Persis) di Bandung
1920, Nahdlatul Ulama’ (NU) di Surabaya 1926 dan lain-lain. Nasionalisme dalam
pengertian politik muncul setelah H. Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI
pada bulan Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat
organisasi serta memperluas ruang geraknya.
Dengan demikian terdapat tiga kekuatan
politik yang mencerminkan tiga aliran ideologi : Islam, komunisme dan
nasionalis sekuler.
Ketiga aliran tersebut terlibat dalam konflik yang cukup
keras. Namun PKI hanya terlibat dalam waktu yang sangat singkat., karena
pemberontakannya di Jawa Barat 1926 dan di Sumatra Barat 1927 menyebabkan
pemerintahan Belanda menyatakannya sebagai partai terlarang dan mengasingkan
tokoh-tokohnya ke Digul. Jepang berusaha mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan
Nasionalis Sekuler. Oleh karena itu jika organisasi non keagamaan dibubarkan,
organisasi-organisasi besar Islam seperti Muhammadiyah, NU dan kemudian
Persyarikatan Ulama’ Majalengka, juga Majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian dilanjutkan dengan Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi) diperkenankan kembali meneruskan kegiatannya. Bagi golongan nasionalis dibentuk
lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia)yang didirikan pada bulan Maret 1943. Jepang
kemudian menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan maklumat
Gunseikan nomer 23/29 April 1945.
Tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Keanggotaan BPUPKI didominasi oleh golongan nasionalis
sekuler yang ketika itu lazim disebut golongan kebangsaan. Soekarno mencetuskan
ide pancasilanya di dalam badan ini, meskipun didalam rumusan pancasilaitu
terdapat prinsip ketuhanan, tetapi negara pada dasarnya dipisahkan dari agama.
Setelah itu dialog resmi ideologis
antara dua golongan terjadi terbuka dalam suatu forum. Dalam forum ini membahas
tentang preambul UUD. Lima yang mewakili golongan nasionalis sekuler (Soekarno,
Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, Maramis, dan Subardjo) dan empat orang lain mewakili
Islam (Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasyim, Agus Salim dan Abi Kusno
Tjokrosujoso). Kompromi yang dihasilkan panitian ini disebut dengan Piagam
Jakarta.pada prinsip ketuhanan terdapat anak kalimat“dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. BPUPKI
ditingkatkan menjadi Paniti Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan
ditunjuk ketuanya Soekarno dan wakilnya Muhammad Hatta. Pada tanggal 17 Agustus
1945 di Jalan Pegangsaan Timur nomer 56 Jakarta, Soekarno membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia atas nama bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda?