Jumat, 29 Juni 2012

Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa


a. Demak
Perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja Majapahit. Hal itu memberi peluang-peluang ke pada penguasa-penguasa Islam dipesisir  untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi Raja pertama kerajaan Demak, kerajaan pertama di Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Patah menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan agama, di bantu oleh para ulama, Wali Songo. Sebelumnya Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah asal Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Raden Patah. Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para wali. Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di abad ke-15 hingga awal abad ke-16.
Ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Ia digantikan anaknya Sanbrang Lor, dikenal juga dengan nama Pati Unus. Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507. Tidak lama setelah naik tahta , ia merencanakan sesuatu serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya semakin memuncak ketika Malak ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511. Akan tetapi sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentaranya mengalami kekalahan besar.
        Pati Unus digantikan oleh  Trenggono yang dilantik sebagai sultan oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546. Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan.  Penaklukkan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 yang dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan kerajaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga. Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535) dan antara tahun 1541-1542 Lamongan, Blitar, Wirasaba dan Kediri (1544). Palembang dan Banjarmasin mengakui kekuasaan Demak, sementara daerah Jawa  Tengah sekitar Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang  berhasil di kuasai berkat pemuka Islam Syekh Siti Jenar dan Sunan Tembayat. Kerajaan Demak berakhir tahun 1549 dan di lanjutkan oleh Kerajaan Pajang di bawah Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang.
b. Pajang 
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan IslamDemak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasura sekarang itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman Pulau Jawa. Kekuasaan dan kebesarannya kemudian diambil alih kerajaan Mataram. Sultan atau raja pertama kerajaan ini adalah Jaka Tingkir dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Oleh raja Demak ketiga, Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang, setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya. .
Pada tahun 1546 sultan Demak meninggal dunia, setelah itu muncul kekacauan di ibukota. Konon Jaka Tingkir yang menjadi penguasa Pajang itu dengan segera mengambil alih kekuasaan, karena anak sulung Sultan Trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan Susuhunan Prawoto dibunuh oleh kemenakannya, Aria Panangsang yang saat itu menjadi penguasa di Jipang Bojonegoro. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di Pulau Jawa ia bergelar Sultan Adiwijaya. Riwayat kerajaan Pajang berakhir pada tahun 1618. Kerajaan Pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
c. Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pemanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pemanahan yang menurunkan raja-raja Mataram  Islam. Kemudian  pada tahun 1577 M Ki Gede Pemanahan menempati istana barunya di Mataram. Dan digantikan oleh putranya Senapati, tahun 1584 dan di kukuhkan oleh Sultan Pajang. Senapatilah yang dipandang sebagai Sultan pertama di Mataram, setelah Pangeran  Benawa anak Sultan Adiwijaya menawarkan kekuasaan atas Pajang kepada Senapati. Meskipun Senapati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong Kiai Sekar Delime, Kendali Kiai Macan Guguh, dan Plana Kiai Batayu. Namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan.
Senapati meninggal dunia tahun 1601 M dan digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Sedangkan Ing Krapyak digantikan oleh putranya Sultan Agung yang  melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun 1619 seluruh Jawa Timur praktis sudah berada di bawah kekuasaannya. Pada tahun 1630 M Sultan Agung menetapkan Amangkurat I menjadi putra mahkota. Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan di makamkan di Imogiri. Ia digantikan oleh putra mahkota. Masa pemerintahan Amangkarut I hampir tidak pernah reda dari konflik. Dalam setiap konflik yang tampil sebagai lawan adalah mereka yang didukung para ulama yang bertolak dari keprihatinan agama. Tindakan pertama adalah menumpas pendukung Pangeran Alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai. Ia yakin ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Pada tahun 1677 M- 1678 M pemberontakan para ulama mtncul lagi dengan tokoh spiritual Raden Kajoran. Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya Kraton Mataram. 
 d. Banten                              
Sejak sebelum zaman Islam, ketka masih berada di bawah kekuasaan raja-raja Sunda (dari Pajajaran, atau mungkin sebelumnya), Banten sudah menjadi kota yang berarti. Dalam tulisan Sunda Kuno, cerita parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang. Nama ini dapat dihubungkan dengan Banten, sebuah kota pelabuhan di ujung barat pantai utara Jawa. Pada tahun 1254 atau 1225, sunan gunung jati dari Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan islam serta bagi perdagangan orang-orang islam disana.
Menurut sumber tradisional, penguasa Pajajaran di banten menerima sunan gunung jati dengan ramah tamah dan tertarik masuk Islam. Ia meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman di sana. Dengan segera ia menjadi orang yang berkuasa  atas kota itu dengan bantuan tentara jawa yang memang dimintanya. Namun menurut berita Barros, penyebaran Islam di Jawa Barat tidak melalui jalan damai, sebagaimana disebut oleh sumber tradisional. Beberapa pengislaman mungkin terjadi secara sukarela, tetapi kekuasaan tidak diperoleh kecuali dengan menggunakan kekerasan. Banten dikatakan justru diserang dengan tiba-tiba.
Untuk menyebarkan islam di Jawa Barat, langkah sunan gunung jati berikut adalah menduduki pekabuhan Sunda yang sudah tua, kira-kira 1527. Ia memperluas kekuasaannya atas kota-kota pelabuhan Jawa Baratlain yang semula termasuk Pajajaran.Setelah ia kembali ke Cirebon, kekuasaannya atas Banten diserahkan kepada puteranya, Hasanuddin. Pada tahun 1568, Hasanuddin memerdekakan Banten. Itulah sebabnyaoleh tradisi ia dianggap sebagai raja Islam yang pertama di Banten. Banten sejak semula memang merupaka vassal dari demak. Hasanuddin mangkat kira-kira tahun 1570 dan diganti oleh anaknya Yusuf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda?