Jumat, 29 Juni 2012

Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Sumatra


a.      Samudra Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke 13 M sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-17, ke-8 M dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudra Pasai. Dari nisan itu dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadlan tahun 696 H yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.  Malik Al-Saleh, raja pertama itu merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui dengan melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai.

Dalam hikayat raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja adalah nerah sile atau merah selu. Ia masuk islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan syarif mekah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik Al-Saleh. Merah selu adalah putra Merah Gajah, nama merah merupakan gelar bangsawan yang lazim di Sumatra Utara. Selu kemungkinan berasal dari kata sungkala yang aslinya berasal dari Sanskrit Chula. Samudra Pasai saat itu diperintah oleh Sultan Malik al-Zahir putra Sultan Malik al-Saleh. Menurut sumber dari Cina pada awal tahun 1282 M kerajaan kecil Sa-mu-la ( Samudra ) mengirim kepada raja cina duta-duta yang disebut dengan nama-nama muslim yakni Husein dan Sulaiman.Kerajaan Samudra Pasai ketika itu merupakan  pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniaan.
b.      Aceh Darussalam
Kerajaan aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibukotanya. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh ini berdiri pada abad ke-15 M diatas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya berdagang dengan malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malak dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai akibat penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya dari laut Jawa ke utara melalui Selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui Selat Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatra terus ke Aceh. Dengan demikian Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negri.
Menurut HJ de Graaf, Aceh menerima Islam dari Pasai yang kini menjadi bagian wilayah Aceh, dan pergantian agama diperkirakan terjadi mendekati pertengahan abad ke-14 M. Kerajaan Aceh merupakan penyatu dari dua kerajaan kecil, yaitu Lamuri dan Aceh Dar al-Kamal. Rajanya yang pertama adalah Ali Mughayat Syah.
Peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar al-Qahar. Dalam menghadapi bala tentara Portugis, ia menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam yang lain di Indonesia. Dengan bantuan Turki Usmani tersebut, Aceh dapat membangun angkatan perangnya dengan baik. Aceh ketika itu tampak mengakui kerajaan Turki Usmani sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dan kekhalifahan dalam Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir timur dan barat Sumatra. Dari Aceh, Tanah Gayo yang berbatasan diislamkan, juga Minangkabau. Hanya orang-orang kafir Batak yang berusaha menangkis kekuatan-kekuatan Islam yang datang, bahkan mereka melangkah begitu jauh hingga meminta bantuan Portugis. Sultan Iskandar tidak terlalu bergantung pada bantuan Turki Usmani yang jaraknya jauh. Untuk mengalahkan Portugis, Sultan kemudian bekerjasama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda?